Pengalaman Mengunjungi Keraton Kesepuhan Cirebon bersama Triesda
Pertemuan dengan Triesda yang lucu
dan kocak serta pengalaman mengunjungi Keraton Kesepuhan Cirebon
Setelah pertukaran pelajar di UGM Yogyakarta 5 bulan lamanya, sedih juga harus meninggalkan kota istimewa ini. Selain sudah mulai suka dengan kota pusat budaya Jawa itu, waktu singkat ini juga membuat pertemanan dan persahabatanku bertambah. Terima kasih Jogja ...
Teman-teman sangat tulus dan apa adanya, juga saling menyayangi.
Jreng... cut dulu cerita Jogjanya xoxo
24.12.2017 tiba di Stasiun Cirebon, dijemput oleh Triesda
25.12.2017 mengunjungi Keraton Kesepuhan Cirebon bersama Triesda
Lokasi: Keraton Kesepuhan Cirebon
Tiket Masuk: 15.000/orang
Keraton Kesepuhan |
Cirebon adalah kota pesisir, berbeda dengan Majalengka yang pegunungan.
Di Cirebon terdapat dua keraton, yaitu kanoman dan kesepuhan. Yang kita
kunjungi kali ini adalah kesepuhan. Keraton Kesepuhan lebih luas dan
juga lebih indah, karena sering diurus dibandingkan dengan Keraton Kanoman. Sebenarnya
letak rumahku dengan Keraton Kesepuhan Cirebon tidak terlalu jauh. Tapi baru
kali aku punya kesempatan untuk mengunjungi Keraton
Bangunan Utama Keraton |
Kesepuhan yang indah itu.
Halaman keraton sangat luas sekali, bahkan lebih luas dibandingkan dengan
Keraton Yogyakarta. Hm… dan sebenarnya tempatnya lebih indah juga dari pada
Keraton Yogyakarta. Mungkin yang membuatku terkesan sekali di Keraton Kesepuhan
adalah bangunan utamanya yang megah dan indah, serta bangunan tua lainnya yang
memiliki ciri khasnya tersendiri, salah satunya adalah pintu-pintu tua.
Warnanya memang sama seperti Keraton Yogyakarta, ada unsur warna hijau dan juga
warna emasnya.
Malah aku lebih fokus mengambil foto
pintu-pintu tua itu, dibandingkan dengan rasa ingin tahu tentang sejarah
Kerotan Kesepuhan itu sendiri. Lol …
So lanjut aja langsung ke ceritanya ya!
Satu hari setelah pulang dari
Jogja. Lalu berkunjung ke Keraton Cirebon bersama Triesda, membuat sedih
berkurang. Terima Kasih Triesda …
Bersama Triesda |
Triesda itu dalam keadaan apapun
selalu bisa membuatku ketawa. Anehnya sekalipun dia cerita tentang hal yang
mengesalkan, kami malah sama-sama ketawa keras. Aneh kan? Apa aku sama Triesda ini
emang cucok meong ya? (cocok dalam situasi apapun) kata itu aku ketularan dari dia, „Cucok meong Mbak“,
ucapnya tanpa henti.
Setelah turun dari angkot, kami
jalan menuju Keraton dan di jalan orang-orang melihat kita sampai melongo, gak anak, gak orang tua, juga anak muda. Aku gak nyangka sebelumnya, ini kan Cirebon
dan sudah kota, kok orang-orang melihat sampai segitunya, pikirku. Perasaan
tempatku yang lebih kampung nggak kaya gitu-gitu amat deh … tapi tergantung di mana juga di tempatku. Hmm...
Ada yang priwit-priwit lagi,
dikiranya kita ini kendaraan yang lagi diparkirin apa?
Lucu banget pokoknya. Reaksi kita
tidak lain lagi yaitu cukup tertawa lepas saja.
Hiburan banget jadinya,
ngehibur rasa sedih ninggalin Jogja.
Ketika di jalan ada cowok tanya:
„Mau ke pantai Mbak?“
Triesda: „Oh… bukan lagi Mas.“
dengan ekspresi wajahnya yang begitu lucu.
Aku langsung ketawa keras, lucu
jawaban Triesda. Aduh…ada-ada aja Triesda ini.
„Aduh sumpah Mbak, orang-orang pada
liatin, aku serasa lagi bawa turis, haha."
„Omg, masa sih ah, haha.“ Kataku gak percaya.
Begitu juga dengan kata-kata
Triesda yang penuh ekspresi, ketika sedang dan sesudah mengambil jepretan foto,
saking kagum dan terkejutnya dengan hasil jepretan. Dia selalu mengucapkan
kata-kata yang lucu sekali. Aku juga gak bisa berhenti tertawa, karena
kata-katanya memang unik dan penuh arti banget. Ada juga kata yang berkesan
banget dan sampai ketularan ngomong begitu juga, seperti kata „cucok meong“, ini
belum pernah denger bgt sebelumnya. Wkwk
Kata-kata dia yang masih aku ingat
diantaranya:
„Oooh… my… God…“ diucapkan dengan
kata per kata lambat dan dengan nada terkagum-kagum.
„Wawwww... wawww.“ hampir tanpa henti dia ucapkan
“Cucok… banget.”
„Cucok… meong.“
„Amaaaazinggg.“
“Gak tahan.”
“Gak main-main.”
“Bukan main.”
“Oh…bukan lagi.”
“Sumpah Mba, sampe geter tanganku, sampe gak bisa ambil foto.”
“Gak ngerti lagi, ga ngerti lu Mbak, gak ngerti sama bajunya, semuanya
jadi pas sama Keraton.”
Selalu tertawa lepas |
Selalu setiap dia mengeluarkan salah satu kata di atas, aku nggak bisa
berhenti tertawa, dia bilang dengan begitu ekpresif dan semangat. Jadi
setelah jepretan diambil kami melihat-lihat foto bersama dan berkomentar dengan kata
yang lucu Triesda di atas itu. Hasil jepretanpun memuaskan, karena selain cuaca
yang mendukung, senyum dan tertawa dalam foto tidak terkesan seperti bohong atau
dipaksa, melainkan tertawa dengan natural. Ini semua karena Triesda yang selalu
berhasil bikin aku tertawa, sehingga efeknya pun terlihat bagus di hasil fotonya. Fotografer
yang keren ;)
Lalu … aku pun jadi ikut-ikutan
bilang cucok meong.
Sebelum jepretan diambil malah kita
sudah tertawa duluan, karena kalau kata-kata lucu itu diucapkan tertawa
langsung meledak. Kami tak peduli dengan orang di sekitar. Tiba-tiba ada
segerombolan turis lokal cowok, yang mengambil fotoku tanpa sepengetahuan dan
ijin. Sebenernya merasa gak terima, tapi ya sudahlah… anggap aja lagi jadi
Marilyn Monroe, lol. Yang parahnya lagi Triesda bilang, katanya mereka sudah
berkali-kali mengambil. Karena kita sedang asiknya mengambil foto makanya bisa nggak
ngeh ketika ada cowo yang menyodorkan HPnya hampir ke depan wajah, gila kan? Gimana kalau ada orang barat coba, bukan
lagi, bukan main pasti heboh mereka.
Bukan lagi tertawanya |
Triesda: „Makanya aku agak ke pinggir nih mba.“
Rita: „Kok kamu gak bilang-bilang
sih nok.”
Triesda: „Kalau kata gw sih lu tuh
mirip orang Maroko Mba, orang-orang pada gak tau kalo lu orang Indo kayaknya.“
Rita: „Kebiasaan deh bilang mirip
Maroko, wkwk.“
Triesda: „Serasa lagi sama Miss Polandia gimana gitu, gw ngerasa jadi
Maku-up artis kalo sama lu mah Mba.“
Pembicaraan udah mulai ngelantur...
Rita: “Gak nyambung banget nok, tadi Maroko sekarang Miss Polandia.”
Kata-kata Triesda selalu bikin
super ngakak. Omg ngakak tanpa henti. Bukan kata-katanya saja sih, tetapi juga
ekspresinya itu yang begitu lucu. Gak tahan deh!
Karena kami belum ada foto yang
sedang berdua, selain foto selfie ya tentunya. Ketika akan meminta bantuan, tiba-tiba seorang
Bapak petugas Keraton menawarkan untuk mengambil foto. Setelah selesai berpose.
Kami lalu berterima kasih banyak pada Bapak tersebut.
Ketika melihat hasil jepretan, lalu aku bilang, „cucok
bangetttttt...cucok meong, wahh… makasih ya Pak,“ dengan semangatnya. Bapaknya
tersenyum dan serasa ingin tertawa tapi ditahan.
Triesda, „Mba, hahaha lu tuh ya, jangan bilang cucok kalau sama
Bapak-bapak sih.“
„Ketularan.“ Jawabku.
Perjalanan pulang ke rumahnya Triesda, kali ini ada kakakku, karena dia
akan bantu bawa semua barang-barangku. Kita bertiga akhirnya memutuskan untuk
naik becak bertiga, karena Triesda gak tahan lagi dengan orang-orang yang melihat ke arah kita.
Triesda: „Di becak aja udah pada liatin loh Mba, gimana kalau jalan kaki
coba, wkwk?“
„Ya nok, namanya juga naik becak bertiga, pasti lah nok diliatin, haha.“
Sekian dulu pengalaman lucu di Keraton
Cirebonnya …
Nok: panggilan kepada anak perempuan
Comments
Post a Comment