Pesona Panyaweuyan, Curug Sawer, dan Curug Santang

Terasering difoto dari kejauhan
Minggu pagi, 31 Desember 2017. Hari akhir tahun yang menyenangkan, karena aku meghabiskan waktu dengan berjalan-jalan ke beberapa tempat di Majalengka dan menikmati sekaligus keindahan alamya, yang belum pernah aku sapa. Sebagai anak kelahiran Majalengka sendiri, merasa sangat bangga sekali melihat alam Majalengka yang begitu eloknya dan apalagi kali ini bisa dilihat secara langsung (Helow selama ini ke mana aja ya?). Sangat berterima kasih sekali pada adiku, Nico, karena dia yang telah berjasa menemani ke tempat indah itu. Perkataan udah mulai kaya pidato ... 


Terasering Panyaweuyan

Perjalanan pertama, kami mengunjungi Lembah Panyaweuyan tepatnya di Desa Sukasari Kaler yang luar biasa indahnya, dan kebetulan pada saat itu tanaman memang belum dipanen. Mata ngantukpun langsung melotot, maklum kami berangkat sangat pagi sekali (hoho padahal sudah jam 7.30), karena menurut Nico siang hari akan panas, selain itu pagi hari kita masih bisa menikmati udara sejuk, biarpun tidak lagi menikmati sun rise nya. Nah, biasanya banyak juga fotografer profesional yang memburu sun rise di sana, mereka datang pada jam 3 subuh rata-rata. Waw ... maksudnya waw kuatan meleknya, tentulah waw penoramanya juga.




Sebenarnya ada apa sih di Panyaweuyan? Selama ini orang sering mengira itu adalah teras sawah, bahkan ada juga yang mengira kebun teh. Memang kalau dilihat dari kejauhan terlihat seperti itu. Tapi sebenarnya yang terdapat di sana adalah teras bawang merah. Merasa ketipu? gak bakalan  sih pokoknya, karena kalau memang sudah sampai sana, kalian akan dihipnotis oleh keindahan terasnya yang begitu waw, selain itu kalian juga bisa melihat indahnya Gunung Ciremai serta gunung-gunung lainya.


Di sela-sela teras bawang merah
Oh iya, tiket masuk hanya Rp5000/orang dan bayar parkir kendaraan untuk sepeda motor Rp2000. Untuk ke sana sebaiknya kita menggunakan sepeda motor, karena tidak ada angkutan umum yang mengantarkan sampai tempat tujuan. Dengan tiket ini kalian bisa mendaki Lembah Penyaweuyan sampai ke puncaknya. Lumayan sedikit melelahkan, tapi ketika sudah berada di atas kelelahan kita akan terbayar dengan cepat. Sebaiknya kalian menggunakan sandal atau sepatu yang bisa diajak damai untuk naik bukit.



Backround G. Ciremai
Keindahan terasering Panyaweuyan bahkan menurut saya, sudah mengalahkan terasering Tegallalang di Ubud, Bali. Kebutulan saya pernah berkunjung ke terasering Tegallalang juga. Pokoknya kalian gak bakalan nyesel deh berkunjung ke terasering Panyaweuyan.





Setelah dari Panyaweuyan kami lanjut ke Desa Argalingga untuk melihat curug alias air terjun. Dalam satu tempat wisata terdapat dua curug sekaligus, yaitu Curug Sawer dan Curug Santang. Perjalanan ke sana lumayan menantang, karena akses jalan masih belum terlalu bagus, lebih banyak bebatuan, dibandingkan dengan jalan ke Panyaweuyan yang begitu mulus. Tapi jangan khawatir kalian pasti selamat sampai tujuan. Nah, setelah parkir, kita bayar 15.000/orang rupiah untuk tiket masuk dan sudah termasuk parkir.

Curug Santang 

Perjalanan belum berakhir nih, karena curugnya nggak berada langsung di hadapan kita. Untuk melihat dan merasakan kesejukannya, kita perlu berjuang naik turun tangga yang belum begitu sempurna, artinya tangga tersebut terdiri dari batu-batu gunung yang alami. Jadi hati-hati ya, jangan sampai terpeleset. Di sana suhu udara lumayan dingin, jadi jangan lupa bawa jaket atau sweater hangat. Selain itu di Curug Sawer anginya kencang sekali, percikan air terjunya sampai berterbangan, menampar wajah. Kalau Curug Santang ukuranya lebih pendek dan sedikit lebih tenang, angin juga tidak terlalu kencang. Tapi keduanya sama-sama indah. 

Curug Sawer 


Comments

Popular posts from this blog

Sambal Goreng Tempe

Weekly Market

A Letter to Widji Thukul